AQIDA MATEREALISTIK WAHABI VS PERSAHABATAN MISTICAL


Tulisan pendek ini adalah post admin di salah satu group facebook berdasarkan banyaknya penghakiman, penghinaan dan ejekan dahsyat terhadap muslim syi’ah, syi’ah di Tuding sebagai penyemba Ali, penyembah Al-husain putra Ali hanya karena pengikut syi’ah dalam beberapa ritualnya sering menyebut:

“Ya Ali”, Ya Husain, labbaika ya husain”
Penyebutan-penyebutan seperti ini tak lain hanyalah akibat kecintaan muslim syi’ah terhadap Ahlul bait Nabi Saaw, bukan berarti menyembah Ali dan keturunannya sehingga kami perlu tegaskan disini agar terhidar dari ikut-ikutan fitnah, bahwa kaum syi’ah bukanlah penyemba Ali dan keturunannya

Mohon maaf ini pemikiran admin saja bukan atas Nama syi’ah meskipun pemikiran ke agamaan condong ke syi’ah, bagi admin sulit mengatakan dan mengklaim pimikiran admin murni syi’ah sebab dalam pandangan admin dunia keilmuan syi’a itu sangat pelik, mata air hikmah butuh penalaran kelas tinggi, tak sedikit orang salah menduga karena begitu peliknya.

Imam khumaini berkata tiada kesulitan dan penderitaan para Nabi adalah” bagaimana menyederhanakan apa yang mereka ketahui untuk di turunkan pada orang awam “, bisa di bayangkan ibarat bagaimana derita seorang ayah ingin mengajarkan anaknya yang buta untuk mengenal cahaya.

Mungkin berlebihan jika di katakan bahwa ilmu syi’ah berasal Tuhan di turunkan ke dalam hati Nabi Saaw sampai pada ahlil baitnya dan seterusnya. Lantas bagaimana memahami ilmu tuhan semcam itu bagi kita yang awam lalu merasa PALING?

Ya husain…Ya husain…Ya husain ….MENGAPA?

KARENA LOGIKA TERAMAT SANGAT DANGKAL. logika yang terikat dan berputar di sekitar materi, hingga  tak mampu mencapai keberadaan di balik materi fisik. Sebuah logika yang di bangun di atas materi. Logika macam ini tentu saja  memandang segala wujud sebagaimana memandang materi fisik hingga TUHAN pun bersifat materi (baca Tuhan duduk di langit) , Allah anak sedang duduk di samping kanan bapak, roh kudus akan turun mengepaskan sayapnya di bumi sejauh mata memandang dan sebagaianya.

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
QS. Ali Imron ayat 169

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al Nisaa: 69)

Ketika anda sedang mengakhiri shalat berjama’ah, di akhir bacaan tahiyat mengucapkan SALAM kiri kanan , yang anda beri salam itu siapa? …apa malaikat? atau orang di samping anda yang juga sedang shalat lantas tak di jawab? ….luar biasa materealistiknya agama itu.

Ayat ini membuat saya berpikir bahwa orang yang meninggal dunia itu hidup bukan mati apalagi mereka yang mendapatkan reski  sehingga kami penting dan perlu senantiasa menghubungkan diri kami padanya secara ruhaniah , saling kenal mengenal , bergabung dan bersahabat dengan mereka secara ruhani , agar mereka pun mengenal kami yang mepercayainya secara ruhani dengan cara mengucapkan :

“ya husain, ya husain, ya husain, labbaika ya husain, labbaika ya husain, labbaika ya husain” dan lain sebagainya.

Bagi saya ini disebut” BERTEMAN DAN BERSAHABAT SECARA RUHANI” agar suatu saat kelak akan mengatakan “oh ini teman saya, ini sahabat saya” , berteman & bersahabat bukan  hanya berbatas materi tapi melintasi materi.

Mana dalil teksnya? …  mengapa begitu?…ouct. …begitu sempitnya….tak mesti harus di teks sedetail mungkin sehingga cara ruku dalam salatpun menyebut pegang kedua lutut dan sebagainaya….. Atau silahkan belajar mati-matian sebagaimana saya (kami) belajar, ilmu itu mahal di peroleh dengan susah payah.

Dalam satu komentar admin paste kesini sebagai tambahan penjelasan dengan mengatakan: Mengisyaratkan kepada muslimin bahwa islam tak semata-mata aktual mengerjakan sholat,silaturrahim dan membaca doa untuk keselamatan,rezeqi,kesehatan dan lain dengan melupakan hal-hal ritual ruhani seperti himpitan kubur,perjalanan sirotol mustaqim,pertanyaan dlm kubur dan sebagainya.

Mengenang perjuangan para pendahulu islam adalah salah satu  cara pendekatan emosionil terhadap pelaku sejarah itu sendiri supaya semangat teladan pendahulu itu dapat dimanifestasi dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan anak tangga bagi seorang hamba untuk menuju dimensi ibadah yang lebih tinggi lagi “miraj” ruhani.

Maka untuk mencapai hal-hal yang bersifat ruhani diperlukan juga ritual pendekatan secara ruhani pula seperti merintih,mengharap,dan menangis.
Sekaligus menjadi syiar dan simbol bagi agama islam bahwa agama ini adalah agama yang dekat dengan air mata. .

Leave a comment