Al-Qur’an Itu Imam. Benarkah?


Imam Pada Hari Kiamat Itu Manusia Atau Amal?

Salah satu akun Facebook mengatakan kepada orang banyak bahwa yang dimaksud “Imam” di hari kiamat adalah amal!…Bukan manusia!

Sekarang mari kita lihat!

Alamah Thabattaba’i dalam Tafsir mizan “semua kata imam dalam Al-Qur’an ditujukan pada sosok manusia”.

Dengan berlandaskan pandangan Alamah Thabattaba’i ini, maka kita bisa mengatakan bahwa” kalau imam di tujukkan pada amal, mengapa tidak pernah ada kata “Perbaikanlah Imammu!”, tapi yang ada “perbaikilah amalanmu” yaitu di rujuk pada amal yang terbaik (Ahsanu amala’). Selain itu kata “imam” ini pun tidak terdapat kata yang di tujukan pada “siapa yang terbanyak Imamnya, Artinya pada bagian ini jika merujuk pada amal sebagai “Imam” maka objeknya harus menjadi “ahksarul Imam” (yang terbanyak Imamnya).

*Sebagai Tambahan ada juga yang mengatakan Imam Adalah Qur’an, ini terlebih lagi kategori pemikiran yang lebih rancu, karena qur’an merupakan benda pasif yang tidak bergerak lawan dari aktif, yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa di sentuh oleh manusia.

Sederhananya “MASAK IMAM MAU DI PERBAIKI DAN DI PERBANYAK”. Sebuah struktur bangunan pemikiran yang tidak logis.

Ini adalah persoalan berpikir saja, mari kita lihat satu bukti contoh bahwa Imam tidak menunjukkan pada Amal, seperti “unas digunakan untuk menunjukkan 12 golongan dalam
Bani Israil” atau contoh yang sangat jelas misalnya >“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap أُنَاسٍ (umat ) dengan pemimpinnya; ……(dan seterusnya).
يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ

Jadi sangat jelas bahwa kata أُنَاسٍ , selalu menunjuk pada kelompok manusia, tidak kepada kelompok amal.

Sebuah riwayat “suatu hari, sahabat mulia “Jabir bin Abdillah al-Anshari, silaturrahmi ke rumah Imam Ali Zainal Abidin as. Dia menyaksikan seorang anak kecil yang lucu. Saat Jabir berkata kepada anak itu, “Menghadaplah.” anak itu pun menghadap. Ketika Jabir menyuruh berbalik, anak itu pun berbalik. Jabir terus memandangi anak itu dan memperhatikan gerak-geriknya cara berjalan dan sebagainya, lalu, Jabir berkata, “Demi Allah, sungguh gerakannya menyerupai Nabi saw.”

Jabir kemudian menoleh kepada Imam al-Sajjad as dan bertanya, “Siapakah gerangan nama anak kecil ini?”

Imam_menjawab, “Dia adalah putraku; Dialah Imam setelahku (Muhammad al-Baqir).”
[Amaliy, Syaikh Shoduq, hal. 211]

Sumber